Jumat, Agustus 12, 2011

Membuat Virtual Wifi Di Windows 7

Virtual Wifi adalah konsep router virtual yang terdapat di Windows 7. Fungsinya memungkinkan laptop atau PC kita menjadi pusat hotspot, sehingga HP atau perangkat lain yang support wireless dapat ikutan online melalui pc / laptop tersebut.

Yang menjadi kunci utama dalam Virtual Wifi ini bukan hanya di Windows 7-nya, tapi sangat tergantung terhadap perangkat Wireless (Wireless Adapter / Wireless card) yang terdapat di PC / laptop anda. Jika support, maka feature ini dapat langsung digunakan tanpa syarat.

MELIHAT STATUS SUPPORT ADAPTER

Untuk mengecek apakah perangkat anda support atau tidak, dapat dilakukan dengan perintah berikut :

  1. Buka cmd
  2. Ketik netsh wlan show driver, hasilnya akan tampak gambar seperti berikut :

    CEK STATUS ALAT

    Pada gambar tersebut, terdapat tulisan "Hosted network supported" dengan nilai Yes.
    Ini menunjukkan kalo perangkat yang saya gunakan dapat dipakai untuk keperluan virtual Wifi. Namun jika bernilai "No", berarti anda harus mengganti wireless adapternya dengan merk lain.

MEMBUAT VIRTUAL WIFI

Setelah anda meyakini bahwa alat tersebut supported, maka berikutnya kita akan membuat SSID atau identitas hotspot dihadapan sinyal dengan cara sebagai berikut :

  1. Masih dari CMD,

    ketik netsh wlan set hostednetwork mode=allow ssid=jagat_laptop key=guebanget (teks merah boleh diganti sesuai keinginan anda)
    dan tekan Enter

    Jika sukses, maka akan muncul info dibawahnya seperti pesan berikut :

    The hosted network mode has been set to allow.
    The SSID of the hosted network has been successfully changed.
    The user key passphrase of the hosted network has been successfully changed.

    Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini :

    set SSID

  2. Nah, berarti sekarang sudah terdapat hotspot dengan nama jagat_laptop dengan password guebanget
  3. Berikutnya, lakukan sharing dari koneksi mobile anda saat ini dengan cara klik kanan pada "adapter name" darimobile connection anda dan pilih properties. Kemudian klik tab Share dan beri ceklis pada "Allow other users to connect through ........ , dan pada pilihan home networking pilih "adapter name" dari Virtual Wifi yang anda buat tadi.

    Pada contoh di laptop saya, Virtual Wifinya mempunyai nama : Wireless Network Connection 3 dan Adapter namedari mobile connections modem-nya bernama : DC Connection. Seperti gambar berikut :

    Adapter Names

    Sehingga, yang saya lakukan adalah klik kanan pada DC Connections, pilih properties, dan klik tab Share.Kemudian klik pada : Allow other users to connect through ........ dan memilih Wireless Network Connections 3sebagai pilihan dari home networking yang akan bertugas membagi akses. Seperti gambar berikut :

    Memulai Sharing


    "
    Adapter Name" adalah nama-nama profile network yang terdapat di Network Connections. Cara mengaksesnya bisa dengan urutan langkah berikut :
    Control Panel -> Network and Internet -> Network and Sharing Center -> Change Adapter Setting

    Pastikan anda sudah mengetahui "Adapter Name" dari modem yang anda pasang dan dari Virtual Wifi yang baru anda buat tadi. KARENA TENTU SAJA NAMA YANG TERSEDIA BELUM TENTU SAMA DISETIAP PC / LAPTOP.

  4. Sekarang, kembali ke cmd dan ketik netsh wlan start hostednetwork untuk memulai aktifitas virtual wifi.
    Jika sukses, maka akan tampak seperti gambar berikut :

    Start HostedNetwork

    Jika pesan yang muncul tidak sama seperti gambar itu, cobalah restart dulu, atau coba update driver Wireless anda.

    Jika sukses, maka tampilan Virtual Wifi di Network Connections-nya (Pada ruang adapter name) akan tampak seperti gambar berikut :

    Virtual Wifi Connected

    Kini dibawah Nama Wireless Network Connection3 sudah terdapat nama "jagat_laptop" sesuai dengan yang kita buat diatas, yaitu identitas Wifi kita (SSID) dihadapan sinyal.

    Ketik netsh wlan stop hostednetwork jika anda ingin menghentikan kegiatan bagi akses wifi dari laptop anda.

    Stop HostedNetwork

  5. Dan, kini internet dari laptop anda dapat dinikmati oleh perangkat sekeliling yang support wireless.

menyiapkan partisi untuk dual boot windows

Misalnya Anda sudah memiliki komputer yang terinstall Windows. Dan Anda ingin menginstall Linux, dual boot dengan Windows. Beberapa distro sudah memiliki fitur untuk instalasi di partisi windows (menggunakan Wubi misalnya), dan sebagian distro linux juga sudah bisa melakukan resizing partisi NTFS.

Saya sendiri lebih menyukai menyiapkan partisi kosong di Windows. Untuk nantinya digunakan saat menginstall linux. Dan salah satu aplikasi untuk mengatur partisi di windows adalah MiniTools Partition Wizard Home Edition. Lisensinya free utk penggunaan keperluan pribadi.

Mempartisi Hardisk

Download aplikasi dari link yang saya berikan di atas, install dan jalankan aplikasinya. Lalu ikuti cara mempartisi harddisk spt screenshot di bawah ini.

Pilih Partisi yang akan di Resize



Klik Kanan, pilih Move/Resize

Untuk instalasi Linux di komputer dualboot, biasanya saya sediakan partisi 10GB + space utk partisi SWAP. Partisi SWAP ini sizenya sama dengan kapasitas memory terpasang. Jika memory terpasang 2GB maka sediakan partisi utk swap sebesar 2GB juga. Dengan cara ini, Anda yakin fitur hibernate bisa berjalan dengan baik di Linux yang akan Anda install nanti.

Atur besar partisi kosong untuk instalasi Linux

Partisi kosong, siap digunakan utk instalasi Linux

INFO: Jika partisi yang Anda resize adalah partisi tempat Windows terinstall, Anda akan diminta untuk restart dan proses resize partisi akan dilakukan saat windows di booting ulang.

Cara Mengakses Partisi Linux Melalui Windows

Paragon ExtBrowserSaya yakin banyak pengguna komputer yang menggunakan lebih dari satu operating system (OS) pada komputernya. Contohnya, satu Windows dan satu lagi Linux. Dan saya juga yakin bagi Anda pengguna OS dengan platform berbeda tersebut pasti mengetahui jika format partisi kedua system tadi berbeda. Windows menggunakan partis berformat FAT atau NTFS, sedangkan Linux menggunakan EXT. Seperti yang Anda ketahui, Linux mampu mengenali partisi yang berformat NTFS ataupun FAT. Sebaliknya, Windows sampai saat ini belum mampu mengenali partisi berformat EXT. Lalu bagaimana caranya agar Anda bisa mengakses file-file Anda yang berada di partisi Linux melalui OS Windows? Misalnya Anda ingin menginstall sebuah program Windows yang kebetulan file setup-nya Anda download dan tersimpan di partisi Linux.

Mungkin, Anda mesti merestart komputer dan masuk ke Linux. Kemudian meng-copy atau memindahkan file setup tadi ke partisi Windows. Setelah itu, restart lagi dan masuk ke Windows dan baru melakukan setup program yang saya maksud di atas tadi. Tentu hal ini sangat menyulitkan jika terjadi berulang-ulang.

Namun, kini ada cara yang lebih mudah agar Anda bisa mengakses partisi Linux (EXT) melalui Windows. Caranya adalah dengan menggunakan sebuah software dari Paragon yaitu Paragon ExtBrowser. Paragon ExtBrowser memudahkan Anda untuk mengelola file Anda yang ada di partsi Linux melalui OS Windows. Anda bisa melakukan proses copy file dan folder, rename, delete, melihat propertinya dan bahkan mengeksekusi (membuka) file tersebut jika format file didukung oleh Windows. Jadi Anda bisa memutar video atau mp3, membuka dokumen office atau teks, dan mengeksekusi sebuah setup program Windows yang Anda di partisi Linux tersebut.

Paragon ExtBrowser mudah digunakan. Anda cukup menginstallnya di Windows, kemudian Anda akan menemukan sebuah drive baru pada Windows Explorer. Drive baru ini bernama ExtFS Drive. Untuk mengakses partisi Linux, Anda cukup melakukan double klik pada drive baru tersebut. Sama seperti mengakses drive Windows.

Partisi Ext di Windows Explorer
Anda juga bisa melakukan hal yang sama dengan yang Anda lakukan di Windows untuk mengelola file-file dan folder-folder di drive Linux. Seperti membuka folder, membuka file, meng-copy, rename atau delete.

Mengelola File di Partisi Ext
Bagaimana? Cukup mudah bukan cara mengakses partisi Linux melalui Windows? Silahkan download Paragon ExtBrowser melalui link diakhir artikel. Paragon ExtBrowser adalah freeware. Anda tidak perlu membayar untuk dapat menggunakan software ini. Yang hanya perlu Anda lakukan adalah melengkapi sebuah form pada website Paragon dengan Nama, alamat email, negara, telefon, dan memilih bahasa program ExtBrowser ini. Setelah Anda men-submit data tersebut, pihak Paragon akan mengirimkan sebuah email yang berisi link download Paragon ExtBrowser ke alamat email yang Anda gunakan tadi.

Download Paragon ExtBrowser

Bagi – bagi Partisi di Linux

Langsung saja. Ini lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang partisi di Linux.

Partisi saya adalah sebagai berikut :

/dev/sda1 : Wincrot
/dev/sda2 : Linux
/dev/sda5 : ADATA
/dev/sda6 : BDATA
/dev/sda7 : EXTRA
/dev/sda8 : Swap

Partisi Linux dan Wincrot dibuat pada saat instalasi. Sedangkan partisi sisanya dibuat belakangan dengan program GParted (di Ubuntu Linux).

Tujuan : Saya mau punya partisi yang pemakainnya semudah di Windows (Drive D, Drive E, Drive G, dll).

Catatan : Semua isi tulisan ini berorientasi pada distro Ubuntu Linux dengan desktop GNOME.

Analogi dengan Windows Explorer, maka di GNOME file browser (Nautilus), saya rasa bentuknya akan menjadi seperti ini :

Nautilus Explorer

Nah agar bisa jadi seperti itu, caranya :

Buat direktori /media/adata, /media/bdata, /media/extra :

$ sudo mkdir /media/adata /media/bdata /media/extra

Setelah itu edit /etc/fstab nya :

$ sudo pico /etc/fstab

Tambahkan baris ini :

/dev/sda5 /media/adata ext3 relatime 0 2
/dev/sda6 /media/bdata ext3 relatime 0 2
/dev/sda7 /media/extra ext3 relatime 0 2

Pencet Ctrl+O (menyimpan perubahan yang dibuat).

Itu artinya apa?

> Baris I : Partisi /dev/sda5 di mount di direktori /media/adata. Tipe partisinya adalah ext3. Relatime itu artinya sistem akan membandingkan waktu akses terhadap suatu partisi dengan waktu sebelumnya. Sisanya.., saya juga gak tahu.. (Baris II dan III sama aja, cuma beda partisi dan mount point)

Kenapa di mount di /media/, kenapa gak di /var/, atau tempat lainnya?

> Saya juga tidak tahu pastinya, tetapi setahu saya kalau suatu partisi di mount di dalam direktori /media, otomatis Ubuntu akan membuatkan Icon partisi di Nautilusnya (seperti gambar di atas).

Tetapi ingat sementara ini partisi tersebut belum dimount, jadi belum bisa diakses. Selain itu yang bisa mengaksesnya hanya user dengan level root (di ubuntu dengan sudo). Karena itu hak akses nya harus diberikan. Sebagai contoh, user yang saya pakai adalah laban. Jadi agar user laban punya akses penuh terhadap ketiga partisi tadi, perintahnya :

$ sudo chown -R laban:laban /media/adata /media/bdata /media/extra

Artinya : change owner (ubah kepemilikan) folder tersebut ke user laban dan grup laban.

Selanjutnya dilakukan mount ketiga partisi tadi :

$ sudo mount -a

Nah, sekarang anda sudah bisa dengan gampang mengakses kesemua partisi tadi itu.

Symbolic Link

Kadang kala setingan seperti diatas pun belum cukup. Soalnya seringkali orang ingin mengakses folder tempatnya menyimpan data langsung dari HOME nya. Mirip seperti user di Windows. Seringkali user di Windows membuat short cut di desktopnya. Short cut ini biasanya diarahkan ke folder tertentu yang paling sering diakses user itu.

Nah Linux juga mengenal short cut, tapi istilahnya Symbolic Link. Saya sendiri lebih suka ketika membuka HOME saya, disana sudah tersedia folder – folder tempat saya menyimpan data. Padahal saya sendiri menyimpan data di 3 partisi tadi. Solusinya? Buat shortcut saja :

$ ln -s /media/adata /home/laban/adata

$ ln -s /media/adata /home/laban/bdata

$ ln -s /media/adata /home/laban/extra

Nah sekarang di folder HOME, sudah muncul 3 shorcut (biasanya icon nya juga folder) ke 3 partisi tadi.

Kalo gitu kenapa gak langsung saja partisinya di mount di /home/laban/adata, /home/laban/bdata, dst.. ?

> Ini untuk mengatasi kecerobohan saya yang kadang ketika mau mendelete suatu direktori, seringkali salah pilih direktori. Sama seperti kasus II di tulisan sebelumnya. Kalau saya menggunakan Symbolic Link, maka yang kedelete cuma shortcut nya saja. Datanya masih tersimpan dengan aman.

Terus kalo shortcut nya ilang gimana dong?

> Ya bikin lagi dong… (masa bikin lagi lah.., kan buah kedondong, bukan kedonlah..) *basii… !

Hmmm.. kok rasanya ada yang terlewatkan dalam tulisan ini.. Tapi sudahlah.. Udah males.. Mo “kerja” lagi.. :P

Pentingnya Membagi Partisi di Linux

Saya seringkali menemukan pengguna Linux yang hanya menggunakan 1 partisi untuk keseluruhan Linuxnya. Kemudian untuk menyimpan data, biasanya dilakukan dengan membuat direktori – direktori khusus di dalam direktori HOME nya. (Contoh : /home/laban/kerjaan, /home/laban/foto). Ada juga yang membaginya menjadi dua bagian : / (root) dan /home.

Apakah salah membagi partisi seperti itu?

Tentu saja tidak.. Tapi kalau bagi saya pribadi tidak aman.. Begini contoh kasusnya (pengalaman pribadi sih).

Contoh Kasus I

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini :

/dev/sda1 : Linux

/dev/sda2 : Swap

Di folder home user (/home/laban), saya buat direktori tempat saya menyimpan file – file saya : (/home/laban/web, /home/laban/gambar, /home/laban/surat-surat)

Suatu hari, saya bermain – main dengan compile kernel. Setelah selesai saya restart. Dan ternyata Kernel Panic..! Saya tidak bisa masuk ke Linux. Dan bodohnya, saya tidak punya backup image kernelnya yang lama..

Beberapa trik sebenarnya bisa dilakukan agar saya bisa kembali lagi menggunakan Linux itu. Tapi pengalaman saya sendiri, susah mencari dokumentasinya. Tanya di forum dan milis, belum tentu bisa dapat jawaban yang benar dalam waktu cepat. Percaya atau tidak, saya lebih memilih untuk melakukan instal ulang.

Tapi tunggu.., kalau install ulang, berarti /dev/sda1 di format semua dong? Gimana dong datanya?

> Hmm… tenang saja. Kan bisa pake Live CD. Dengan Live CD partisi di hardisk kan bisa dibaca.

Tapi di copy kemana?

> Oh iya ya.., kan partisinya cuma satu. Oh iya.., diburn aja ke DVD. LinuxMint itu kalo gak salah bisa ngeburn DVD kok.

Lha, kan DVD-ROM nya dipake buat jalanin Live CD nya..

> Ouchh…

Contoh Kasus II

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini :

/dev/sda1 : Linux

/dev/sda2 : Home (/home)

/dev/sda2 : Swap

Semua data saya taruh di Home (seperti Contoh Kasus I).

Suatu hari saya (gak kapok – kapoknya) compile ulang kernel, dan terjadi lagi seperti di atas. Saya gak bisa masuk ke Linux nya, dan terpaksa install ulang. Tapi kali ini lebih aman.. Karena saya hanya perlu menginstall ulang Linuxnya di partisi /dev/sda1. Tapi kali ini saya install OpenSUSE Linux.

Jangan lupa untuk menset partisi /dev/sda2 sebagai /home di OpenSUSE.

Aman?

> Aman dong.. Kan datanya di /home semua.. :)

Ok, sampai disini memang jauh lebih aman daripada sebelumnya. Data terselamatkan.

Saya login ke desktop GNOME nya.

Whooaaa…. tampilannya kok aneh gini.. ?

> Ya iyalaah.. waktu di Ubuntu kan saya udah setting theme, font, dll di dekstopnya (GNOME). Intinya tampilannya tampilannya udah dipermak habis. Sementara GNOME nya OpenSUSE belum tentu punya utility yang dipake GNOME nya Ubuntu. Selain itu beberapa program juga bisa jadi tidak berjalan seperti seharusnya, karena mengikuti konfigurasi sebelumnya di Ubuntu

Lho kok bisa? Kan Ubuntunya dah dihapus, diganti OpenSUSE?

> Ya bisa dong.. secara.. /home nya kan pake partisi yang lama. Nah di direktori HOME nya user (/home/laban) kan dipake buat user Laban sekarang. Sedangkan semua konfigurasi GNOME dan beberapa program kan disimpan di direktori HOME Laban tadi.

> Coba buka file explorernya GNOME (Nautilus). Masuk ke HOME nya, terus pencet Ctrl+H (buat nampilin file hidden). Ada folder .gconf, .gnome, .gnome2, dll kan.. Nah disitu tuh letak konfigurasinya.

Berarti kalau direktori setting ini dihapus semua, setingannya kembali ke default?

> Yo’a sob..

Dan dasar ceroboh.., karena begitu banyaknya folder yang didelete, terdelete jugalah folder surat-surat..

Hilang lagi deh file pentingnya.. :(

Solusi Lain

Menambahkan partisi lain.. Untuk itulah mengapa saya membagi partisi hardisk saya menjadi sepertidisini.

Saya perlakukan hardisk saya seperti di Windows.

Di Windows :

C:\ Hanya untuk Windows dan program – programnya..

D:\ Data

E:\ Lainnya

Saya tidak pernah sama sekali menyimpan data di C:\ (My Document, My Music, dll). Dengan begitu, jika sewaktu – waktu perlu install ulang Windows, datanya tetap aman.

Dengan analogi tersebut, di Linux jadinya :

/dev/sda1 (Wincrot)

/dev/sda2 Linux

/dev/sda5 ADATA

/dev/sda6 BDATA

/dev/sda7 EXTRA

/dev/sda8 Swap

Semua data ada di ADATA, BDATA, dan EXTRA. Jika sewaktu – waktu saya install ulang Linux nya, semua data tetap aman.

Terus gimana dengan kemudahan pemakaian partisinya? Set permissionnya? Konfigurasi program yang sudah ada sebelum install ulang Linux? File tertentu di HOME yang tetap diperlukan?

> Yah.., detailnya masih kurang sih. Nanti deh kusambung lagi.. Mo kerja dulu.. ;)

Formula Ajaib Mengatur Partisi Di Linux

Partisi di Linux sudah kita ketahui, secara umum, distributor menyarankan kita untuk membuat minimal 3 buah partisi.
Partisi root (/), partisi /home, dan partisi swap. Ukuran minimalnya pun sudah umum kita ketahui. Disarankan, paling tidak 2Gb untuk root (/), 2x RAM fisik untuk swap dan sisanya untuk /home yang sering menjadi pilihan yang tidak harus ada, mengingat, root (/) akan menampung “segalanya”.

Di Windows, paling tidak kita memerlukan satu partisi, Drive C. Begitu juga di *BSD, dan saya yakin, OS-OS lainnya.

Tetapi, OS bukanlah barang mati. Contohnya Linux, “sejatinya” Linux hanya memerlukan sebuah partisi saja, partisi root (/).
Di dalam root ini akan dibuat direktori-direktori (yang bisa di mount ke partisi tertentu).

Ada kalanya, sistem yang kita miliki miskin memory, maka kita menambahkan partisi baru sebagai swap. Sebaliknya, jika memory RAM kita berlebih, sementara pekerjaan yang ditangani “biasa-biasa” saja, untuk apa partisi swap?

Lalu kita ingin sistem kita lebih aman, agar saat re-install, kita tidak perlu mengkhawatirkan data-data penting kita (yang disimpan di home). Maka kita menyisihkan space hardisk untuk direktori /home.

Jika kita mengelola sebuah sistem yang besar, dengan ber-giga-giga data, kita akan menambahkan hardisk, kemudian setiap direktori di bawah root, semisal /usr kita mount ke hardisk tersebut. Atau malah, hardisknya berada di komputer sebuah jaringan.

Proses ini akan terus berulang seiring mengguritanya sistem kita dan seterusnya.

Lalu?

Kesimpulannya, kita tidak perlu terpaku pada sebuah “formula ajaib” untuk mengatur partisi. Partisi ditambahkan atau tidak tergantung kebutuhan sistem kita.

Malah, bisa jadi, sistem kita akan bertambah “lambat”. Karena setiap mount itu menggunakan resource sistem dan memakan waktu.

Pengelolaan Partisi di Linux

Beberapa pengguna Linux, terutama yang baru bermigrasi dari Microsoft Windows, biasanya kebingungan melacak partisi yang sudah dimiliki sebelumnya. Sebetulnya, ini masalah yang cukup umum: di Windows, semua partisi langsung diperlihatkan di muka (yaitu berupa drive C:, D:, dan seterusnya di Windows Explorer). Sedangkan di linux partisi biasanya seolah “tersembunyi” dari pandangan — ketika user berada di folder root (yaitu /), tidak terlihat adanya partisi berupa C:, D:, dan sebagainya.

Sebenarnya, partisi di linux di-mount ke dalam folder tersendiri. Biasanya seluruh partisi di-mount di bawah folder /mnt; meskipun begitu hal ini tidak mutlak adanya. Pengguna SuSE Linux (seperti saya :P ) malah mendapati seluruh partisi di-mount pada folder /windows. Meskipun begitu, para pengguna yang sebelumnya akrab di Windows biasanya tidak tahu akan hal ini, sehingga kemudian tejadi kebingungan seperti berikut:

“Kok harddisk saya tidak muncul sih?”

“Partisi saya kok nggak kelihatan?”

Dan lain sebagainya. (~_@)

***

Lalu, bagaimana sebenarnya mounting partisi ditentukan?

Prosesnya kira-kira seperti berikut ini.

Di dalam folder /etc, terdapat sebuah file yang bernama fstab. File ini bertugas sebagai acuan ketika linux me-mount partisi di saat booting. Jadi, ke mana dan bagaimana suatu partisi di-mount ditentukan melalui file yang satu ini.

Isi dari file /etc/fstab biasanya seperti berikut ini:

.

/dev/hda7            /                    reiserfs   acl,user_xattr        1 1 /dev/hda2            /windows/C           vfat       users,gid=users,umask=0002,utf8=true 0 0 /dev/hda5            /windows/D           vfat       users,gid=users,umask=0002,utf8=true 0 0 /dev/hda6            swap                 swap       defaults              0 0 proc                 /proc                proc       defaults              0 0 sysfs                /sys                 sysfs      noauto                0 0 usbfs                /proc/bus/usb        usbfs      noauto                0 0 devpts               /dev/pts             devpts     mode=0620,gid=5       0 0 /dev/dvdram          /media/dvdram        subfs      noauto,fs=cdfss,ro,procuid,nosuid,nodev,exec,iocharset=utf8 0 0 none                 /subdomain       subdomainfs noauto         0 0 

Kolom pertama sebelah kiri adalah daftar partisi yang ada di komputer kita. Dalam contoh di atas, saya mempunyai dua partisi bertipe FAT32, yaitu hda2(drive C: di Windows) dan hda5 (drive D: di Windows). Adapun hda7 adalah partisi linux, yang kemudian di-mount sebagai root directory.

Konvensi penamaannya kira-kira sebagai berikut:

Untuk harddisk, dua huruf pertama adalah hd;

Untuk flashdisk dan USB-disk seperti harddisk eksternal, dua huruf pertama adalah sd;

Huruf ketiga melambangkan unit, jadi hda berarti harddisk pertama, demikian pula hdb berarti harddisk kedua;

Angka di akhir menyatakan indeks partisi. Sengaja nggak dijelaskan lengkap di sini, soalnya bakal jadi panjang banget :P ).

Jadi bisa diketahui bahwa hda1 adalah partisi pada harddisk pertama, hdb5 adalah partisi pada harddisk kedua, sda1 adalah partisi pada USB disk, dan seterusnya.

Kolom kedua adalah mount point — tempat di mana partisi yang disebut sebelumnya akan di-load. Misalnya, karena hda2 sebelumnya adalah drive C: di Windows, maka mount point-nya ditentukan sebagai /windows/C. Demikian pula hda7 sebelumnya adalah drive D: di Windows, maka untuk memudahkan diberi mount point pada /windows/D. Adapun swap berarti partisi tersebut dipakai sebagai swap partition dari sistem linux

Kolom ketiga menyatakan filesystem yang dipakai oleh partisi. Misalnya, dalam contoh di atas partisi linux saya menggunakan reiserfs, dan partisi Windows diberi label vfat (menyatakan FAT/FAT32).

Terakhir, kolom keempat dan kelima menyatakan options yang bisa diberikan pada partisi tersebut. misalnya pada utf8=true untuk vfat, berarti mensupport penamaan file/folder dengan format Unicode/UTF-8 (menggunakan huruf asing, e.g. Cina, Rusia, Jepang).

Jika Anda merasa tidak nyaman dengan lokasi mounting partisi Anda, Anda bisa menggantinya dengan mengedit file /etc/fstab ini. Misalnya, dengan menggantimount point partisi hda2 menjadi /jendelas/drivec. Hati-hati: kesalahan dalam mengutak-atik file ini bisa mengakibatkan distro Anda crash. Sebaiknya, sediakan backup dari file aslinya untuk berjaga-jaga — dan copy-kan kembali menggunakan LiveCD jika distro Anda gagal melakukan booting.

***

Nah, setelah mounting ditentukan melalui fstab, maka distro Anda akan menggunakan file tersebut sebagai acuan di kala booting. Setelah booting dan proses mounting selesai, file fstab akan “ditinggalkan” oleh Linux. Data partisi yang berhasil di-mount kemudian akan dikirim ke file /etc/mtab.

.

/dev/hda7 / reiserfs rw,acl,user_xattr 0 0 proc /proc proc rw 0 0 sysfs /sys sysfs rw 0 0 tmpfs /dev/shm tmpfs rw 0 0 devpts /dev/pts devpts rw,mode=0620,gid=5 0 0 /dev/hda2 /windows/C vfat rw,noexec,nosuid,nodev,gid=100,umask=0002,utf8=true 0 0 /dev/hda5 /windows/D vfat rw,noexec,nosuid,nodev,gid=100,umask=0002,utf8=true 0 0 usbfs /proc/bus/usb usbfs rw 0 0 

Data dari file mtab ini akan dipakai untuk melihat partisi mana yang sudah di-mount. Jadi, bisa diketahui partisi apa saja yang sudah bisa diakses oleh Linux pada suatu saat.

.

Mounting Manual?

Mounting manual bisa dilakukan dengan perintah mount. Meskipun begitu, mounting manual hanya akan berhasil jika:

(1) Partisi terdaftar di /etc/fstab (kecuali untuk USB disks),
(2) Partisi belum di-mount (sehingga tidak terdaftar di /etc/mtab)

Misalnya /windows/C saya baru saja di-unmount (menggunakan perintahumount) sehingga tidak bisa diakses lagi. Meskipun begitu, jika saya ingin mengakses partisi ini, saya bisa melakukan mounting manual sbb:

user@linux:~> mount /windows/C 

Dan partisi tersebut bisa diakses kembali. Meskipun begitu, saya tidak akan bisa me-mount yang tidak terdaftar di fstab. Misalnya, saya mencoba me-mount drive H (yang tidak terdapat di komputer saya):

user@linux:~> mount /windows/H mount: can't find /windows/H in /etc/fstab or /etc/mtab 

Demikian pula, saya tidak bisa meng-unmount partisi yang tidak tercatat dimtab. Ini terjadi karena mtab adalah acuan untuk melihat partisi mana yang sudah di-mount oleh distro.

user@linux:~> umount /windows/H umount: /windows/H is not mounted (according to mtab) 

Oh iya, sistem ini juga mencegah terjadinya mounting ganda (yaitu, mounting kedua pada partisi sudah di-mount). Misalnya,

user@linux:~> mount /windows/C mount: /dev/hda2 already mounted or /windows/C busy mount: according to mtab, /dev/hda2 is already mounted on /windows/C 

***

Jadi, setelah pembahasan yang panjang di atas (aduh bo, cape deh, elah fiuuhh… :D :D ), dapat dilihat bahwa pengelolaan partisi di Linux dilakukan dengan prinsip berikut:

(1) Setiap partisi yang akan di-mount didaftarkan dalam file /etc/fstab (kecuali USB disks, untuk partisi jenis ini dikenakan auto-mounting). Pada proses booting, distro akan mengacu pada file ini.

(2) Partisi yang sudah berhasil di-mount akan dicatat dalam file /etc/mtab.

(3) User bisa melakukan mounting ataupun unmounting secara manual; dengan catatan terdaftar di /etc/fstab (untuk mounting) atau /etc/mtab(untuk unmounting).

(4) User tidak bisa me-mount ataupun unmount suatu partisi dua kali pada suatu sistem Linux.

***

Dan yah… demikianlah pembahasan kali ini tentang pengelolaan partisi di Linux. Mudah-mudahan penulisnya bisa terus semangat menulis tentang linux selepas post yang pertama ini. :P

Sistem Direktori Linux dan Model Partisi

Tutorial ini disediakan bagi para pengguna komputer yang melakukan migrasi sistem operasi, khususnya (mantan) pengguna windows yang melakukan migrasi ke komputer berbasis Linux.

Linux adalah sistem operasi Unix Like dimana pengertian dari Unix Like adalah Linux merupakan sistem operasi yang bukan merupakan turunan dari sistem operasi Unix namun memiliki cara kerja dan sistem direktori menyerupai Unix. Linux dibuat oleh Linus Benedicts Torvald yang merupakan hasil utak atik beliau atas kernel Minix. Minix ini merupakan sistem UNIX kecil yang dikembangkan oleh Andrew S. Tanenbaum, seorang professor yang menggeluti penelitian masalah OS dari Vrije Universiteit, Belanda. Adapun Minix ini digunakan untuk keperluan pengajaran dan pendidikan. Unix sendiri adalah sebuah sistem operasi yang telah lama ada (bahkan sebelum kemunculan sistem operasi buatan Microsoft) dan saat ini kebanyakan berjalan pada komputer server dan komputer besar lainnya (selain komputer personal). Sistem Operasi Unix dibuat spesifik untuk jenis mesin tertentu, berbeda dengan Linux yang keberadaannya ditujukan untuk sistem arsitektur x86 yang banyak beradar di pasaran perbedaan mendasar linux dengan sistem operasi lainnya adalah sifatnya yang OpenSource.

Salah satu bentuk dari Unix yang ditiru oleh Linux adalah sistem direktori dimana sistem direktori ini berbeda dengan yang dianut oleh keluarga Windows seperti diagram dibawah ini.

diagram_direktori_linux

Keterangan

/ : menunjukkan hirarki tertinggi dari sistem ditektori Linux dimana direktori ini membawahi dari direktori /usr, /home, /mnt dan direktori lainya seperti gambar diatas.

/bin : berisi program yang berisi perintah-perintah yang digunakan oleh user biasa seperti perintah ls (menampilkan isi dari suatu direktori, cd (untuk berpindah direktori).

/sbin : berisi program yang berisi perintah-perintah yang digunakan oleh super user seperti ifconfig (menampilkan informasi tentang kartu jaringan / network device yang terpasang pada mesin).

/home : berisi data dari user yang terdaftar dalam komputer / mesin yang bersangkutan.

/usr : berisi paket program, dokumentasi, konfigurasi, aplikasi, library dan source aplikasi linux.

/opt : berisi aplikasi yang dapat diakses oleh semua user (hampir sama dengan /usr/sbin/.

/root : merupakan “home” nya superuser / root / administrator.

/tmp : singkatan dari temporer adalah direktori yang disediakan ketika dibutuhkan ruang sementara dalam melakukan pekerjaan, contoh ketika melakukan proses burn cd maka image (file iso ) secara default dimasukkan ke direktori ini sebelum di burn ke cd.

/etc : secara umum merupakan direktori tempat file konfigurasi berbagai macam service dan program yang terinstall di dalam sistem.

/mnt : berisi informasi device yang terpasang (mount) di dalam komputer.

/var : Direktori ini berisi data yang bermacam-macam (vary). Perubahan data dalam sistem yang aktif sangatlah cepat. Data-data seperti ini ada dalam waktu yang singkat. Karena sifatnya yang selalu berubah tidak memungkinkan disimpan dalam direktori seperti “/etc”. Oleh karena itu, data-data seperti ini disimpan di direktori var.

/boot : berisi informasi yang berkaitan dengan device dan service yang dijalankan ketika komputer melakukan booting (proses komputer dari keadaan mati/off menjadi hidup/on)

Secara umum pada sistem operasi linux berisi direktori yang disebutkan di atas namun pada beberapa distro ditambahkan beberapa direktori spesifik seperti /srv pada keluarga Suse dimana direktori yang ditambahkan memiliki fungsi khusus yang kadangkala tidak terdapat pada distro lain.

Ketika melakukan installasi maka dibutuhkan setidaknya 2 partisi agar suatu komputer bisa diinstall OS Linux yaitu partisi root (dilambangkan dengan / – bedakan dengan/root) dan partisi swap. Partisi root ( / ) digunakan untuk menginstall sistem Linux, hampir sama dengan C:Windows untuk sistem operasi Microsoft Windows. Partisi swapdialokasikan sebagai tambahan memori ketika Memory RAM tidak mencukupi ketika sistem me-load suatu program, contoh kasus : load program X membutuhkan memori sebesar 1500 MB sedangkan RAM yang terpasang adalah 1000 MB / 1 GB maka 500 MB memori sisa yang dibutuhkan diambilkan dari partisi swap yang sudah dibuat. Besar partisi swap yang dibutuhkan untuk memori RAM ? 1 GB adalah dua kali Memory RAM yang terpasang pada komputer, kecuali untuk memori RAM diatas 2 GB maka alokasi swap tidak harus 2 kali RAM bisa dipasang 1 GB atau terserah selera dari masing-masing user.

Pertanyaan yang sering muncul : di Windows data saya bisa ditaruh di partisi terpisah dengan sistem sehingga ketika dibutuhkan install ulang maka data saya tidak terhapus, apakah di linux bisa..?

Berbicara tentang partisi maka diperlukan pemahaman tentang penamaan sistem partisi dan device yang berlaku di Linux.

Pada OS Windows dikenal sistem Drive Letter (Drive A:, Drive B:, Drive C:, dst) dimana Drive A: dialokasikan untuk disket 31/2 inchi, Drive B: dialokasikan untuk disket 5 ¼ inchi, Drive C: dialokasikan untuk partisi harddisk – jika partisi lebih dari satu, misalkan 2 maka digunakan Drive C: dan Drive D, Drive selanjutnya bisa dialokasikan untuk optical drive (CD,DVD) dan USB mass Storage (Flashdisk, harddisk eksternal, card reader).

Pada OS Linux dikenal SDA1, SDA2, SDB1, SDB2. Penjelasaanya adalah sebagai berikut :

S : menunjukkan SATA, pada linux terdahulu Serial ATA dan Parallel ATA dibedakan penamaannya, Parallel ATA ditunjukkan dengan huruf Hdan Serial ditunjukkan dengan huruf S namun saat ini penamaan device dianggap SATA maka digunakanlah S baik untuk interface Parallel maupun Serial.

D : Singkatan dari Device.

A,B : A menunjukkan bahwa device tersebut adalah device internal yang ada di dalam komputer seperti Harddisk internal, sedangkan B menunjukkan device tersebut adalah device eksternal seperti harddisk eksternal dan flashdisk.

1,2 : menunjukkan nomor urut partisi device.

Studi Kasus

  • diketahui SDA1 artinya device tersebut adalah Harddisk internal pada partisi pertama (pada Windows sama dengan Drive C:)
  • diketahui SDB1 artinya device tersebut adalah storage eksternal pada partisi pertama (misal flashdisk yang tertancap pada komputer).
  • diketahui SDA2 artinya device tersebut adalah Haraddisk internal pada pertisi kedua (pada windows sama dengan Drive D:)

sudah paham..?? jika belum paham silahkan dibaca lagi dari atas, jika sudah paham maka silahkan dilanjutkan.

Kembali pada pertanyaan diatas bagaimana caranya agar data saya bisa dipisahkan dengan sistem..?

Jawabannya adalah sangat bisa. Coba perhatikan skenario di bawah ini :

dilakukan installasi OS Linux maka kita bisa menyiapkan tiga buah partisi yaitu SDA1, SDA2, SDA3

SDA1 : digunakan sebagai swap dengan kapasitas 2GB

SDA2 : digunakan sebagai / dengan kapasitas 10GB

SDA3 : digunakan sebagai /home dengan kapasitas 60GB

lho tadi katanya /home berada di bawah / koq bisa ada di luar partisinya / …?

nah coba perhatikan gambar dibawah ini…


Pada diagram diatas diperlihatkan SDA2 yang merupakan partisi dari sistem (/) (lokasi installasi OS Linux) yang di dalamnya terdapat berbagai macam direktori /bin, /sbin,/home, dan lain sebagainya. Perhatikan SDA3 yang menunjuk ke direktori /home. Direktori /home memang berada di bawah direktori / namun /home tersebut menunjuk(me-link) ke partisi SDA3, jadi /home yang berisi data-data user detya, rani, dan lely sebenarnya berada pada partisi SDA3.

Singkat kata /home pada diagram diatas secara logical berada di dalam direktori /namun sesungguhnya data yang berada dalam /home berada di partisi SDA3.

Pembagian partisi diatas tidak hanya berlaku untuk direktori / dan /home saja namun direktori lain seperti /bin, /var, /usr juga bisa diberikan perlakuan yang sama. Pada penggunaan komputer personal kebanyakan menggunakan model partisi seperti contoh diatas namun pada OS Linux yang diimplementasikan pada komputer server sistem partisinya bisa jauh lebih kompleks daripada contoh diatas karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan sistem server.

REFERENSI

http://www.infolinux.web.id/site/sectionsc6c7.html?op=viewarticle&artid=10

http://ikc.unimal.ac.id/umum/ibam/ibam-os-html/x5515.html

http://infoos.blogspot.com/2008/12/sejarah-linux.html