Jumat, Agustus 12, 2011

Formula Ajaib Mengatur Partisi Di Linux

Partisi di Linux sudah kita ketahui, secara umum, distributor menyarankan kita untuk membuat minimal 3 buah partisi.
Partisi root (/), partisi /home, dan partisi swap. Ukuran minimalnya pun sudah umum kita ketahui. Disarankan, paling tidak 2Gb untuk root (/), 2x RAM fisik untuk swap dan sisanya untuk /home yang sering menjadi pilihan yang tidak harus ada, mengingat, root (/) akan menampung “segalanya”.

Di Windows, paling tidak kita memerlukan satu partisi, Drive C. Begitu juga di *BSD, dan saya yakin, OS-OS lainnya.

Tetapi, OS bukanlah barang mati. Contohnya Linux, “sejatinya” Linux hanya memerlukan sebuah partisi saja, partisi root (/).
Di dalam root ini akan dibuat direktori-direktori (yang bisa di mount ke partisi tertentu).

Ada kalanya, sistem yang kita miliki miskin memory, maka kita menambahkan partisi baru sebagai swap. Sebaliknya, jika memory RAM kita berlebih, sementara pekerjaan yang ditangani “biasa-biasa” saja, untuk apa partisi swap?

Lalu kita ingin sistem kita lebih aman, agar saat re-install, kita tidak perlu mengkhawatirkan data-data penting kita (yang disimpan di home). Maka kita menyisihkan space hardisk untuk direktori /home.

Jika kita mengelola sebuah sistem yang besar, dengan ber-giga-giga data, kita akan menambahkan hardisk, kemudian setiap direktori di bawah root, semisal /usr kita mount ke hardisk tersebut. Atau malah, hardisknya berada di komputer sebuah jaringan.

Proses ini akan terus berulang seiring mengguritanya sistem kita dan seterusnya.

Lalu?

Kesimpulannya, kita tidak perlu terpaku pada sebuah “formula ajaib” untuk mengatur partisi. Partisi ditambahkan atau tidak tergantung kebutuhan sistem kita.

Malah, bisa jadi, sistem kita akan bertambah “lambat”. Karena setiap mount itu menggunakan resource sistem dan memakan waktu.

Tidak ada komentar: